Program Makan Bergizi Gratis dan Pertanian Sehat Jadi Fondasi Penting Menuju Indonesia Emas 2045

KOMPASINDOTV.COM, Jakarta — Pemerintah menaruh harapan besar pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai salah satu fondasi utama pembangunan sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045. Program ini dinilai strategis dalam menjawab tantangan kualitas gizi anak dan remaja di tengah bonus demografi yang sedang dinikmati Indonesia. Kualitas gizi generasi muda hari ini akan menentukan apakah Indonesia mampu melompat menjadi negara maju atau justru menghadapi beban sosial dan kesehatan di masa depan.

Namun demikian, diskursus publik mengenai MBG selama ini masih lebih banyak berfokus pada aspek distribusi, anggaran, serta jumlah penerima manfaat. Padahal, terdapat aspek mendasar yang kerap luput dari perhatian, yakni kualitas pangan itu sendiri. Makanan bergizi tidak hanya ditentukan oleh menu yang tersaji di piring, tetapi juga oleh cara bahan pangan tersebut diproduksi sejak dari lahan pertanian.

Guru Besar Manajemen dan Ekonomi Pembangunan, Prof. Dr. Nandan Limakrisna, menegaskan bahwa keterkaitan antara Program Makan Bergizi Gratis dan pertanian sehat harus menjadi perhatian utama dalam desain kebijakan nasional. Menurutnya, kualitas gizi yang optimal tidak dapat dilepaskan dari kualitas bahan baku pangan yang aman, sehat, dan berkelanjutan.

“Hasil pertanian yang terlalu bergantung pada pupuk kimia dan pestisida berlebihan berpotensi menyisakan residu berbahaya bagi kesehatan jangka panjang. Anak-anak mungkin kenyang, tetapi belum tentu sehat,” ujar Prof. Nandan.

Karena itu, MBG seharusnya dipandang sebagai momentum strategis untuk mendorong transformasi pertanian nasional ke arah yang lebih sehat dan berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati perlu ditempatkan sebagai bagian integral dari kebijakan, bukan sekadar pilihan tambahan. Pupuk organik terbukti mampu memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, sementara pupuk hayati membantu meningkatkan ketersediaan unsur hara secara alami. Kombinasi keduanya menghasilkan pangan yang lebih aman, bernilai gizi lebih tinggi, serta ramah lingkungan.

Lebih jauh, integrasi MBG dengan pertanian sehat juga membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi petani lokal. Jika pemerintah memprioritaskan bahan baku MBG dari petani yang menerapkan pertanian berbasis pupuk organik dan hayati, maka negara tidak hanya memberi makan anak-anak Indonesia, tetapi juga memberikan kepastian pasar dan keberlanjutan usaha bagi petani.

“Skema pembelian jangka menengah dan panjang oleh negara akan mendorong petani beralih dari pola produksi instan menuju pertanian yang berorientasi kualitas. Ini adalah bentuk pembangunan ekonomi riil yang langsung menyentuh akar rumput,” jelasnya.

Desain menu dalam Program Makan Bergizi Gratis juga perlu diletakkan dalam kerangka pertanian sehat dan pangan berkelanjutan. Standar gizi nasional harus disusun berbasis ilmu pengetahuan, namun tetap memberi ruang bagi pemanfaatan pangan lokal yang dihasilkan secara sehat. Sayur-mayur, buah-buahan, sumber protein, serta karbohidrat kompleks dari pertanian ramah lingkungan tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi anak, tetapi juga membentuk pola dan kebiasaan makan sehat sejak dini.

Di sisi lain, tantangan besar lainnya terletak pada tata kelola dan pengawasan. Program berskala nasional seperti MBG menuntut transparansi dan sistem pengendalian yang kuat. Pemerintah perlu memastikan bahwa klaim bahan pangan sehat dapat ditelusuri hingga ke tingkat produksi. Sistem pencatatan dan pelaporan berbasis digital, disertai pendampingan berkelanjutan kepada petani, dinilai menjadi solusi penting agar standar pertanian sehat tidak berhenti sebatas regulasi di atas kertas.

Indonesia Emas 2045 menuntut generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat secara fisik dan mental. Program Makan Bergizi Gratis, apabila dikelola dengan visi jangka panjang dan terintegrasi dengan kebijakan pertanian sehat, dapat menjadi instrumen strategis untuk mewujudkan tujuan tersebut.

“Kunci keberhasilan MBG terletak pada keberanian pemerintah menghubungkan kebijakan gizi dengan kebijakan pertanian sehat, termasuk mendorong penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati secara sistematis,” tegas Prof. Nandan.

Pada akhirnya, masa depan bangsa tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak porsi makanan yang dibagikan kepada anak-anak Indonesia, melainkan oleh kualitas pangan yang dihasilkan dan dikonsumsi. Dari tanah yang sehat akan lahir pangan yang sehat, dan dari pangan yang sehat akan tumbuh generasi Indonesia yang kuat, unggul, dan berdaya saing global.

Profil Penulis

Prof. Dr. Nandan Limakrisna merupakan Guru Besar di bidang Manajemen dan Ekonomi Pembangunan. Ia aktif menulis serta menjadi pembicara nasional mengenai pembangunan sumber daya manusia, ekonomi rakyat, transformasi pertanian, dan kebijakan publik berbasis ekonomi riil serta keberlanjutan.

Selain berkiprah di dunia akademik, Prof. Nandan juga terlibat langsung dalam pengembangan kewirausahaan, penguatan UMKM, serta pertanian berkelanjutan, termasuk pemanfaatan pupuk organik dan pupuk hayati untuk meningkatkan kualitas hasil tani dan kesejahteraan petani. Gagasan dan pandangannya banyak menekankan keterkaitan antara kualitas pangan, kesehatan generasi muda, dan daya saing bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *